JAPBUSI.ORG, JAKARTA – Yunirwan Gah selaku koordinator proyek nasional organisasi buruh internasional atau International Labour Organization (ILO) Jakarta mengatakan bahwa memasuki masa endemic, Indonesia punya pondasi yang cukup kuat dalam sektor pertanian, namun dampak perubahan iklim akan mempengaruhi industri agribisnis.
“Memasuki masa endemic, kita semua harus persiapan distrupsi terhadap pola kerja, ekonomi dan hubungan industrial. Tantangan pelambatan ekonomi global dan imbasnya pada ekonomi penyuplai terutama pada industri sawit. Komitmen Presiden Jokowi bahwa Indonesia punya pondasi cukup kuat, namun dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dapat mempengaruhi industri agribisnis.” kata Yunirwan Gah saat sesi sambutan di acara Workshop Tripartit tentang Menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis dan Profesional Antara Pengusaha dan Pekerja di Sektor Kelapa Sawit, di Jakarta pada, Rabu (25/01/2023).
Agenda Workshop ini diinisiasi oleh Jejaring Serikat Pekerja Serikat Buruh Sawit Indonesia (JAPBUSI) bekerja sama dengan International Labour Organization (ILO) Jakarta dan dihadiri oleh perwakilan serikat pekerja/serikat buruh yang tergabung dalam JAPBUSI, perwakilan Pengusaha dalam wadah Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI) serta ada dari perwakilan pemerintah yakni Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Pertanian.
“Aspek ketenagakerjaan tidak luput dari aspek compliance, dan bagaimana industri perlu melihat komitmen sustainability dan compliance terhadap norma-norma ketenagakerjaan dan juga isu lingkungan.” jelas Yunirwan
Yunirwan menjelaskan bahwa terciptanya hubungan industrial yang harmonis dapat diraih dengan mengedepankan semangat dialog bipartit dalam mencari solusi jangka panjang terhadap berbagai permasalahan. Untuk itu perlunya sebuah forum dalam menampung aspirasi ketenagakerjaan sektor sawit.
“Secara sektoral, rasanya perlu sebuah wadah untuk sarana komunikasi, informasi dan mencari solusi bagi isu yang secara eksplisit belum diatur dalam peraturan ketenagakerjaan kita. Sehingga industri sawit kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.”
Dalam kesempatan yang sama, Sumarjono Saragih Ketua Bidang Ketenagakerjaan GAPKI mengatakan bahwa ‘sawit Indonesia adalah kita’.
“Kita berterima kasih kepada organisasi buruh internasional atau ILO yang telah memberikan suportnya selama ini bagi buruh sawit.” katanya.
Sumarjono juga mengaku, belum lama ini, Ia bertemu dengan duta besar Swiss. Mereka sangat bersemangat untuk membangun sawit yang berkelanjutan, Ia mengusulkan bantuan untuk membangun kapasitas building bagi para pekerja dan serikat pekerja sektor sawit.
“GAPKI tidak ada gunanya kalau mitranya tidak kuat, oleh karena itu saya usulkan secara kongkrit harus ada bipartit yang serius.” jelasnya.
Demikian juga, Ia berharap di sawit ini ada Forum Tripartit sektoral kelapa sawit, supaya kalau ada masalah meletakkanya gampang, dan bisa dibuatkan jadwal pertemuan secara rutin.
“Ibu Menteri Ketenagakerjaan menginginkan ada suatu gerakan besar dan masif, gerakan apa, dari GAPKI dan JAPBUSI, seperti apa?. Hari ini kita rancang, mumpung kita Tripartit disini.” tegasnya.
Supardi selaku Steering Committee JAPBUSI dalam sambutannya mengatakan, sosial dialog sangat efektif bagi keberlangsungan usaha sawit, melalui Bipartit maupun Triparit, menginggat betapa pentingnya forum tersebut.
“Tripartit sektoral khusus sawit sangat penting, karena kami masih punya banyak pekerjaan rumah terutama di perkebunan.” kata Supardi.
Lebih lanjut, Ia mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada ILO terutama Pak Yunirwan yang telah mendukung semangat kebersamaan 10 Federasi ini dan para stakeholder sawit, jika serius secara bersama sama akan lebih efektif dibanding sendiri sendiri.
Sementara itu, Kresensia Harianja perwakilan dari Kemnaker membacakan pidato sambutan dari Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker Indah Anggoro Putri yang berhalangan hadir.
Kresensia mengatakan kondisi ketenagakerjaan di sektor sawit terutama di perkebunan masih timpang dibanding di industrinya, serta kondisi Bipartit masih belum berjalan dengan baik.
“Dengan 17 Juta orang yang terlibat di sawit, tentunya industri sawit sangat membantu pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi tidak pararel dengan kesejahteraan pekerja sawit.” terangnya.
“Permasalahan sawit diantaranya upah yang tidak layak, pengawasan ketenagakerjaan yang kurang, K3 yang belum berjalan, pemberian target kerja yang tinggi, pelibatan anak atau satuan keluarga dalam bekerja masih menjadi masalah di sektor perkebunan sawit.”
“JAPBUSI kiranya hadir sebagai solusi dari berbagai permasalahan sawit. Harapan pemerintah JAPBUSI dan GAPKI kedepan sama sama memberikan jaminan bagi terciptanya ketenagakerjaan yang lebih baik terutama di isu ketenagakerjaan melalui forum Triparit.” tutupnya. (RED/HTS/MKJ)